Al-Qashas fi al-Qur'an
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al Qur’an merupakan salah satu dari beberapa kitab yang diturunkan kepada
beberapa Rasul utusan-Nya, Kitab ini merupakan kitab yang idturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Kita semua telah mengetahui bersama bahwa Al Qur’an
merupakan kitab yang terakhir diturunkan oleh Allah, kitab ini dapat dikatakan
sudah mewakili kitab-kitab sebelumnya, dari segi pokok-pokok ajaran tauhidnya.
Al Qur’an juga merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW yang
paling besar, karena kitab ini tidak akan hilang bersama dengan berkembangnya
zaman ini. Kitab ini secara umum tidak hanya berisikan perintah dan larangan
Allah semata, di dalam kitab ini juga disebutkan beberapa kisah ummat terdahulu
yang bisa kita ambil hikmah dari kisah tersebut untuk diterapkan dalam
kehidupan beragama, namun Al Qur’an merupakan kitab sastra yang sangat tinggi,
sehingga dalam memahaminya membutuhkan sebuah ilmu yang disebut dengan Ulumul
Qur’an, dalam ilmu ini dibahas mengenai kisah-kisah yang ada dalam Al Qur’an.
Berdasar dari uraian diatas, penyusun menyusun makalah ini didasarkan
atas keinginan penyusun untuk memudahkan kawan-kawan yang sedang mempelajari
ilmu ini (Ulumul Qur’an) dalam mencari materi yang bisa dijadikan
sebagai bahan rujukan mereka.
B.
Rumusan Masalah
Makalah yang
kami susun ini membahas beberapa permasalahan berikut :
1. Bagaimanakah pengertian kisah dalam Al Qur’an ?
2. Bagaimanakah karakteristik kisah dalam Al Qur’an ?
C.
Tujuan Penulisan
Penyusun
menyusun makalah ini bertujuan :
1. Memudahkan kawan-kawan dalam mencari materi yang membahas kisah-kisah
dalam Al Qur’an
2. Sebagai sumbangan pengetahuan penyusun kepada kawan-kawan khususnya, dan
masyarakat pada umumnya
3. Memenuhi tugas Ulumul Qur’an I dalam menempuh studi di UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A.
Pengertian Kisah dalam Al Qur’an
Kata Kisah secara etimologis (bahasa) berasal
dari Bahasa Arab, yaitu berasal dari kata القص yang berarti mengikuti
jejak, seperti disebutkan sebuah kalimat قصصت
أثره artinya saya mengikuti jejaknya.
Secara etimologis penggunaan kata ini terdapat dalam firman Allah SWT :
قَالَ ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى آَثَارِهِمَا
قَصَصًا
Artinya : “Musa berkata : itulah (tempat) yang kita
cari. Lalu keduanya kembali mengkuti jejak mereka semula” (Q.S. Al-Kahfi : 64)
وَقَالَتْ لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ
لَا يَشْعُرُونَ
Artinya : “Dan berkatalah Ibu Musa kepada Saudara
Musa yang perempuan : ikutilah dia, maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh,
sedang mereka tidak mengetahuinya” (Q.S. Al-Qashash : 11)
Kata قصة
atau قصص
juga berarti الاخبار المتتبعة (berita yang berurutan), seperti disebutkan
dalam firman Allah :
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ
Artinya : “Sesungguhnya ini adalah berita yang
benar…” (Q.S. Ali Imran :62)
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal” (Q.S. Yusuf : 111)
Dari segi
terminologi (istilah), kata Kisah berarti
berita-berita mengenai permasalahan dalam masa-masa yang saling berturut-turut.
Sedangkan Qashash dalam Al Qur’an
adalah pemberitaan Al Qur’an mengenai hal ihwal ummat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
B.
Macam-macam Kisah dalam Al Qur’an
Diambil dari
sebuah buku yang membahas Ulumul Qur’an,
dijelaskan bahwa kisah-kisah dalam Al Qur’an itu terbagi menjadi tiga bagian,
penjelasnnya adalah sebagai berikut :
1. Kisah-kisah para Nabi dan Rasul terdahulu
Tentunya kita semua tahu bahwa tidaksemua Nabi dan
Rasul itu disebutkan kisahnya di dalam Al Qur’an, Nabi dan Rasul yang
disebutkan dalam Al Qur’an hanyalah 25 orang, dimulai dari Nabi Adam As sampai dengan
Nabi Muhammad SAW.
Kemudian dari 25 orang ini, secara garis besar
dilihat dari sisi panjang atau singkatnya kisahnya, dapat dijadikan menjadi
tiga kelompok :
a.
Kisah yang disebutkan dengan panjang lebar, kisah
yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Yusuf,
Musa dan Harun, Daud dan Sulaiman, serta Isa ‘alaihimu al-salam. Namun diantara yang lainnya, kisah Nabi Yusuf
adalah kisah yang paling panjang, karena diceritakan dengan lengkap, mulai dari
masa kecilnya sampai menjadi penguasa di mesir dan dapat berkumpul dengan Bapak
dan Saudara-saudaranya.
b.
Kisah yang disebutkan dengan sedang, kisah yang
masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi Hud, Luth, Shaleh, Isma’il,
Ishaq, Ya’qub, Zakariya dan Yahya ‘alaihimu
al-salam.
c.
Kisah yang disebutkan dengan sekilas, kisah yang
masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi Idris, Ilyasa’ dan Ilyas.
Sedangkan kisah
dari Nabi Muhammad SAW, bisa dikategorikan kedalam bagian yang pertama
(diceritakan secarapanjang lebar), Karena diceritakan kisah Nabi Muhammad SAW
beberapa peristiwa yang terjadi pada zaman beliau, seperti peristiwa yang yang
dialami beliau waktu kecil, permulaan dakwah, hijrah, dan beberapa perang yang
dialami serta beberapa gambaran kehidupan keluarga beliau.
2. Kisah ummat, tokoh, atau pribadi (bukan Nabi) dan
peristiwa-peristiwa
masa lalu
Tokoh yang pertama kali kisahnya diceritakan dalam
Al Qur’an adalah dua orang putra Nabi Adam sendiri yaitu Qabil dan Habil, Al
Qur’an menceritakan kisah ketika Qabil membunuh saudaranya sendiri Karena
akibat dari sifat dengkinya. Inilah pembunuhan pertama yang terjadi dalam
sejarah umat islam. Dan masih banyak lagi kisah-kisah seorang tokoh yang
diceritakan dalam Al Qur’an, sebagian dari kisah ini antara lain :
a.
Kisah Qarun
yang hidup pada zaman Nabi Musa As
b.
Kisah peperangan antara Jalut dan Thalut
c.
Kisah tentang Ashabul
Kahfi
d.
Kisah Raja Dzul Qarnain
e.
Kisah kaum Ashabul
Ukhdud
f.
Kisah Maryam yang
diasuh oleh Nabi Zakariya
Dan beberapa
kisah lain yang tidak bisa disebutkan oleh penulis secara lengkap.
3. Kisah-kisah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad
SAW
Beberapa kisah yang terjadi pada masa Nabi Muhammad
juga disebutkan dalam Al Qur’an, salah
satunya yaitu ketika sebelum Nabi lahir Tentara Bergajah melakukan penyerbuan
ke Makkah yang bertujuan untuk menghancurkan Ka’bah, yang dipimpin oleh Raja
Abrahah. Diceritakan pula kisah Nabi Muhammad waktu kecil dengan statusnya
sebagai anak yatim yang miskin dan belum mendapat bimbingan wahyu, dengan
bahasa yang singkat dan puitis.
Dan juga peristiwa setelah beliau diangat menjadi
Rasul, yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj, hijrah, perang badar, perang uhud,
perang azhab atau perang khandaq, dan perang humain, juga kisah-kisah seputar
fathu makkah dan peristiwa lainnya yang juga tidak bisa disebutkan oleh penulis
secara lengkap.
C.
Karakteristik Kisah dalam Al Qur’an
Beberapa
karakteristik kisah-kisah yang disebutkan
dalam Al Qur’an antara lain :
1.
Kisah dalam Al Qur’an tidak diceritakan secara
berurutan dan panjang lebar berarti diceritakan secara ringkas, namun terkadang
atau bahkan banyak diceritakan secara panjang lebar.
2. Sebuah kisah terkadang berulang-ulang diceritakan
dalam Al Qur’an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda-beda.
Kedua
karakteristik inilah yang sering menimbulkan pedebatan antara orang-orang yang
meyakini kebenaran Al Qur’an dan orang-orang yang meragukan kebenaran Al
Qur’an, mengapa kisah-kisah tersebut (dalam Al Qur’an) tidak diceritakan secara
kronologis dan sistematis sehingga mudah untuk dipahami, dan juga mereka
memandang bahwa pengulangan kisah-kisah itu kurang efektif dan efisien.
Kemudian mengenai fiktif atau tidaknya kisah-kisah
tersebut, Ahmad Khalafullah menyatakan bahwa kisah-kisah dalm Al Qur’an
merupakn karya seni yang tunduk pada daya cipta dan kreativitas yang ada dalam
seni, tanpa harus memeganginya sebagai kebenaran sejarah, ia juga menyatakan
bahwa ulama’ terdahulu telah berbuat salah dengan menganggap bahwa kisah dalam
Al Qur’an bisa dipegangi.
Namun demikian
dalam Al Qur’an telah banyak dijelskan tentang kebenaran ayat Al Qur’an :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ
رَبِّكُمْ فَآَمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Artinya : “Wahai
manusia, Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan
(membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, Itulah yang lebih baik
bagimu. dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah
sedikitpun) karena Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah
kepunyaan Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S.
An-Nisa’ : 170)
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا
بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ
بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ
الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ
لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ
بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Artinya : “Dan
Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa
yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap
Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang
Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat
diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”. (Q.S. Al Ma’idah : 48)
Disamping secara
umum firman Allah adalah kebenarang, Allah SWT juga menegaskan secara khusus
bahwa kisah dalam Al Qur’an adalah kebenaran seperti dalam ayat berikut :
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا
اللَّهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Artinya :
“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (Q.S. Ali Imron : 62)
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ
آَمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
Artinya : “Kami
kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka
adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula
untuk mereka petunjuk.” (Q.S. Al Kahfi : 13)
وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ هُوَ الْحَقُّ
مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ إِنَّ اللَّهَ بِعِبَادِهِ لَخَبِيرٌ بَصِيرٌ
Artinya : “ Dan
apa yang telah Kami wahyukan kepadamu Yaitu Al kitab (Al Quran) Itulah yang
benar, dengan membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha mengetahui lagi Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (Q.S.
Fatir : 31)
Al Qur’an adalah
kitab yang diturunkan dari sisi Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana,
dalam beritanya tidak ada kecuali sebuah kebenaran.
D.
Berulangnya Kisah dalam Al Qur’an
Dari beberapa
uraian diatas memang dapat dipahami bahwa sebagian kisah dalam Al Qur’an ada
yang diulang-ulang di berbagai tempat dengan gaya bahasa yang berbeda pula, hal
itu tentunya mempunyai tujuan, tujuan tersebut antara lain :
1. Menjelaskan balaghah Al Qur’an dalam tingkat paling tinggi, kidah
tersebut diulang pada tempat yang berbeda, dengan uslub yang berbeda
pula.
2. Menunjukkan kehebatan atauj kemukjizatan Al Qur’an, sebab mengungkapkan
sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat, dimana susunan kalimat
tersebut tidak dapat ditandingi oleh sastrawan arab yang terkenal hebat juga.
3. Menunjukkan pentingnya pesan yang disampaikan ayat tersebut, karena
pengulangan tersebut dimaksudkan untuk mengukuhkan kandungan kisah dalam ayat
tersebut.
4. Menunjukkan tujuan yang berbeda yang karenanya kisah itu diungkapkan,
sebagian dari maknanya diterangkan dalam satu tempat, karena kondisi yang ada
hanya membutuhkan. Sedangkan makna-makna lainnya diungkapkan dalam tempat lain
sesuia dengan kebutuhan menurut kondisi yang ada.
E.
Tujuan Kisah dalam Al Qur’an
Tujuan yang melatar belakangi disebutkannya kisah-kisah dalam Al Qur’an
adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan asas-asas dakwah dan pokok-pokok syari’at yang dibawa oleh
para Nabi dan Rasul Allah
2. Meyakinkan kepada orang-orang yang beriman bahwasanya yang benar itu
pasti akan mengalahkan kebatilan
3. Membenarkan para Nabi terdahulu, mengenang, dan mengabadikan jejak
perjuangan mereka
4. Sebagai bukti bahwa beliau memang benar-benar utusan Allah SWT dan kitab
suci Al Qur’an yang dibawanya bena-benar firman Allah
5. Menjadi pelajaran (ibrah) bagi ummat manusia dari bermacam-macam
peristiwa yang diceritakan oleh Al Qur’an
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kisah-kisah dalam Al Qur’an merupakan kejadian-kejadian pada msa lampau
yang terjadi pada ummat terdahulu, terkadang kisah dalam Al Qur’an diceritakan
secara berulang-ulang, itu dimaksudan karena pentingnya hikmah yang dapat
dipetik dari kisa tersebut.
Kemudian mengenai masalah fiktif atau tidaknya kisah-kisah tersebut,
sebagai hamba Allah yang mengimani Al Qur’an secara penuh, tidak selayaknya
kita meragukan kebenaran Al Qur’an, karena Al Qur’an diturunkan oleh Dzat yang
Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, juga dalam permasalahan sejarah, pengetahuan
kita semua tetaplah samar atau sulit dibuktikan secara jelas. Adapun
orang-orang yang meragukan kebenaran Al Qur’an, mungkin mereka mempunyai dasar
yang melandasi pernyataan mereka tersebut, namun dalam hal ini tetaplah Allah
merupakan Dzat yang lebih mengetahui apa yang diketahui oleh Hamba-Nya.
Banyak tujuan dari diceritakannya kisah-kisah dalam Al Qur’an, tentunya
yang paling ditekankan adalah bahwa kebenaran itu pasti akan selalu mengalahkan
kebatilan.
B.
Saran
Kritik dan saran yang membangun untuk pengembangan karya ini sangatlah
dibutuhkan penyusun, mengingat masih banyak kekurangan dari karya ini.
C. Penutup
Alhamdulillah, selalu kita limpahkan puji syukur kita kehadirat
Tuhan yang Maha Mengetahui, atas terselesaikannya penyusunan karya ini.
Sholawat semoga tetap tercurah kepada Nabi Pengemban Wahyu Al Qur’an, Nabi
Muhammad SAW, terakhir penyusun meminta maaf apabila dalam karya ini masih
banyak kekurangan-kekurangan, karena itu adalah hal yang manusiawi.
DAFTAR
PUSTAKA
2 komentar:
" Berkomentarlah dengan bijak " :)